Nurjannah Nasution, Hidup Mandiri Dari Kecil - ceritagadiskecil.com : Lifestyle Travel Blogger Medan

Jumat, 12 Mei 2017

Nurjannah Nasution, Hidup Mandiri Dari Kecil

    "Apa yang mau diulas dariku?" Gadis bernama Nurjannah Nasution itu terkekeh, saat filosofi mewawancarai dirinya untuk diulas menjadi sosok inspirasi pada rubik inspirasi di ceritagadiskecil.com

     Kerendahan hatinya itu, membuat ia tak sadar bahwa banyak hal darinya yang dapat menginspirasi banyak orang. Biasa akrab dipanggil Jannah, gadis manis kelahiran 25 Mei 1996 di Kota Pinang, Labuhanbatu Selatan.

           Kisah hidupnya panjang. Ia harus hidup mandiri sejak kecil, kedua orang tuanya sudah lebih dahulu meninggalkannya pergi saat di bangku sekolah dasar, akhirnya ia diasuh oleh saudaranya yang dipanggilnya  “umi”.

     Saat memasuki jenjang sekolah menengah atas. Ia dibingungkan dengan pilihan dan pertimbangan, mengingat program wajib belajar pemerintah hanya sampai 9 tahun. "Sehabis lulus SMP, sempat dilema mau masuk SMA atau SMK Swasta? Kalau SMA bayar uang bukunya mahal, sedangkan SMK bayar bulanannya yang mahal. Kebetulan, Oom Jannah buka PAUD di sebuah desa yg cukup jauh dari tempat tinggal, butuh 60 menit untuk sampai ke sana, dengan kondisi jalan yang bisa dikatakan buruk. Biasanya kalau musim hujan, beceknya minta ampun. Kalau lagi kemarau, debu dari truk-truk yang bongkar muat sawit itu bikin sesak dada saja” keluh Jannah. 

      “Awal mulanya, pengajar di PAUD ada dua orang, tapi Jannah jadi mengajar sendirian karena yang satu lagi minta berhenti mengajar karena hamil. Sempat kewalahan. Tapi Jannah merasa, masih ada yang harus diperjuangkan, semangat belajar anak-anak di sana sangat luar biasa. Tanpa pelatihan Jannah coba untuk dewasa walau saat itu masih SMK. Dari gaji mengajar, Jannah gunakan buat bayar uang sekolah dan keperluan sendiri. Agar tidak menyusahkan umi, hampir 3 tahun Jannah mengabdi. Dan yang Jannah rasakan saat itu adalah menjadi guru itu asyik. Ketika kita mengajarkan mereka membaca  dan akhirnya mereka bisa baca, aduuhh itu luar biasa, pengen sih jadi guru lagi, tapi nanti deh buat sekolah sendiri," Gadis itu tampak sumringah saat menuturkannya.

    Tidak ingin menyusahkan orang lain, prinsip itu yang membentuk Jannah menjadi anak yang mandiri dan berjuang keras. Ia berkali-kali mendapatkan juara dalam mengeyam pendidikan. Tidak hanya prestasi akademik saja yang ia raih. Saat di sekolah dasar ia mendapat juara satu Baca Surah Pendek tingkat Kelurahan. Tidak puas pencapaian itu saja, gadis yang mengaku suka membaca dan traveling ini, juga berhasil meraih Juara 1 Cerdas Cermat BKKBN Kabupaten Labusel pada 2011, Juara 3 pidato dalam rangka Maulid Nabi Smk KHD pada tahun 2013, Delegasi Sumatera Utara ke Forum Anak Nasional di yogyakarta bersama 7 orang lainnya dari kabupaten yg berbeda, Juara 1 pidato maulid nabi SMK KHD pada tahun 2013, Juara satu Lomba cipta kreasi daur Ulang sampah oleh BLH Kabupaten Labusel pada tahun 2013 hingga 2014.

      Prestasi-prestasinya itulah yang menggugah hati kepala sekolah Jannah semasa SMK. Kepala sekolah bersisih keras untuk mendaftarkan Jannah pada pendaftaran berkas beasiswa Bidikmisi. Walaupun saat itu, Jannah kekeh tak mau kuliah di Kota Medan karena meresa tak punya biaya.

          "Iya semasa SMK. Semua teman unjuk tangan untuk ikut mendaftarkan diri dalam pendaftaran SNMPTN  dan berkuliah di Kota Medan. Jannah saat itu tau diri, orang biasa seperti Jannah sepertinya tak sanggup kalau biaya sendiri dan hidup di Kota Medan. Toh, saat itu Jannah udah jadi guru PAUD dan dapat gaji. Jadi ngapain lah jauh-jauh ke Medan kalau di kampung halaman sudah nyaman. Tapi, kepala sekolah tetap memaksa dengan iming-iming didaftarkan dengan jalur bidikmisi agar tidak repot memikirkan uang kuliah lagi. Semua berkas pendaftaran Jannah beliau yang urus sampai Jannah lolos Bidikmisi. Ya, akhirnya Jannah putuskan untuk mengambil kesempatan itu," Tutur Jannah mengingat kisah pertamanya mendapatkan beasiswa Bidikmisi. 

         Kehidupan gadis ini tak melulu mendapatkan prestasi dan berhasil dalam segala hal. Jannah juga merasakan getirnya kegagalan. Ia tak memungkiri kehendak Allah memang tak ada yang tau. "Kegagalan sih banyak ya, tapi yg paling berkesan itu saat gak lulus SNMPTN,  3 jurusan yg dipengeni kali yaitu, Psikologi, PG PAUD, dan Bimbingan Konseling. Tapi ketiganya gak ada yang lolos, suer deh, gak tau lagi mau gimana dan sempat nyoba-nyoba jalur yang langsung kerja. Seperti Polwan dan STAN aduhh , belum tau kemarin nasibnya gimana. Sampai akhirnya lulus di Poltenik Negeri Medan," Jannah sedikit terkekeh dengan kisah kegagalannya itu.

     Namun, kegagalannya tak mengubah sikap mandiri dan berjuang keras. Ia tetap berusaha dan berdoa agar tidak menyusahkan orang tua angkatnya di Medan yang ia panggil “Bunda”. Ia tau, bahwa keadaan yang mengharuskannya untuk hidup mandiri. "Jannah sampai sering nolak kalau dikasih uang jajan sama bunda. Karena Jannah sudah terbiasa tidak meminta ataupun menerima uang dari umi. Bunda marah kalau Jannah menolak uangnya. Yasudah, mau gak mau Jannah terima karena gak mau nyakitin hati bunda," Jannah sedikit berkaca-kaca.

     Jannah memandang kehidupan dengan sederhana, "Hidup itu singkat, maka pergunakanlah waktu yang singkat itu sebaik-baiknya dengan menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama”. Mimpinya saat ini begitu banyak, salah satunya adalah mendirikan sekolah yang basis pendidikannya ia buat sendiri. Pengalaman mengajar anak-anak PAUD serta getirnya memperjuangkan pendidikan, membuat ia tidak mau generasi negeri ini merasakan seperti yang ia rasakan dulu. Hal inilah yang melatar belakangi gadis ini mengabdikan ilmunya melalui Gerakan Literasi Anak Pesisir, program yang berhasil ia jalankan bersama teman-teman komunitasnya dengan bantuan dana hibah dari Kemenristekdikti.

"Jangan pernah takut bermimpi, karena mimpi adalah sesuatu yg harus diikhtiarkan. Terus bergerak dan galih potensi diri, jangan jadikan kemiskinan sebagai penghalang" pesan Jannah untuk generasi mendatang Negeri ini. 

         Jannah juga selalu belajar dari kegagalan orang yang ada di sekitarnya, menjadi jembatan ia menuju mimpi-mimpinya.

#Ceritagadiskecil 

1 komentar:

  1. Bersyukur semakin banyak anak muda yang mau berjuang keras dan tetap rendah hati. Keep fight dek

    BalasHapus

@itsvennyy