Influencer Blogger Medan - Hati-Hati dengan Jarimu - ceritagadiskecil.com : Lifestyle Travel Blogger Medan

Kamis, 15 November 2018

Influencer Blogger Medan - Hati-Hati dengan Jarimu

Dokumen by ceritagadisekecil.com

Influencer Blogger Medan - Aku masih belum paham apa yang terjadi. Bahkan saat aku memutuskan untuk menutup seluruh aktivitas dunia maya.

 “Sudahlah nak, gak perlu sedih seperti ini. Hal itu semua gak ada gunanya,” mama dengan mudah mengatakan hal itu. Padahal semua ini terjadi karenanya. Dia yang menghadirkan kebencian itu untukku.

 “Mama mudah banget bilang gitu. Mama apa gak malu? Ini semua karena mama,” Kulempar guling yang tengah kupeluk ke sembarang arah, beranjak dari ranjang menatap keramaian kota dari kamarku yang berada di lantai tiga. Mama diam, terduduk di pinggir ranjangku.

Kupandang awan-awan dari balik tirai jendela yang menutup jika malam hari. Matahari pagi, cahayanya menembus ke retina mata, memerintahkan pikiran untuk bangun dari duka yang terus menghujam. Sesekali aku menghela napas, sesak. Ini lebih menyesakan daripada sesaknya kehidupan Jakarta.

“Tiara,” mama memanggilku dengan suara lemah. Aku belum punya keberanian menoleh ke arahnya. Pasti. Bulir air matanya sudah tumpah karena kalimat kasarku tadi. Astaga, maaf ma. Aku hanya kesal. Kenapa Tuhan menghukumku karena kesalahan mama, kesalahan yang tak kuketahui dengan persis.

“Cukup nak, cukup kamu hukum mama dengan tindakkan kamu kemarin. Semua ini salah mama, tapi apa yang bisa mama lakukan? Mama bingung,” semakin kalimat perempuan itu terucap panjang. Dadaku semakin sesak, pikiran kembali memutar memori beberapa waktu yang lalu.

Sebuah pisau hampir mengiris tuntas pergelangan tanganku. Siapa yang sekejam itu? Mereka. Mereka memaksaku untuk mengakhiri segalanya. Aku sudah pasrah saat itu. Gak kuat dengan hujaman kebencian yang terus-terus mereka berikan. Aku tak pernah ingin dipertemukan atau diperlakukan sekejam itu dengan mereka. Namu, Tuhan mengtakdirkan kebencian dalam hidupku.

Lalu buat apa aku hidup? Buat dihujam dengan kata-kata kasar dan cacian menyakitkan di seluruh akun sosial mediaku? Semua itu terjadi hanya karena mama. Mama dulu seorang bintang yang merusak sendiri sinarnya, karena sebuah cinta terlarang. Terus, apakah itu juga salahku?

Jika Tuhan memberikanku kesempatan untuk memilih, maka aku tak akan mau menjadi anaknya. Sayangnya, hidup bukan pilihan, hidup sebuah kewajiban. Namun, saat kuputuskan mengambil pisau dapur untuk mengakhir semuanya. Aku benar-benar jatuh, aku bisa gila jika setiap membuka media sosial, hanya kata-kata kasar dari mereka yang kutemukan.

Sejak itu, mama memaksa untuk menutup seluruh kegiatan dunia mayaku. Aku merasa bukan remaja sepenuhnya, sepi tanpa komunikasi.

****

 Nah, teman-teman. Melalui cerita singkat di atas. Gacil ingin memberikan gambaran betapa bahayanya jari-jari kita. Jika kita tak pernah mengedukasinya. Lihatlah Tiara, mungkin ia hanya satu dari jutaan korban, yang melenyapkan kehidupannya karena jari-jari yang tak pernah diedukasi. 

Ia remaja yang tumbuh dan butuh sosialisasi, mungkin salah satunya dengan dunia maya. Namun, itu tak ia dapatkan hanya karena egoisnya jari-jari kita, tanpa berdosa menulis kata-kata kasar di postingan si dia atau si ini. Padahal, kita tidak tau bagaimana kejadian yang sebenarnya.

Sumber google.com

Meskipun ia bersalah dan pantas dihujat. Selayaknya kita, memandang dari sudut kemanusian merasakan dari hati nurani. Walau sekedar kata-kata dampaknya luar biasa, bisa jadi merenggut satu jiwa. Tidak percaya? 

Langsung aja kita simak beberapa kasus-kasus Cyberbullying atau kejahatan di media sosial yang menewaskan puluhan jiwa, terkhususnya di kalangan remaja. Dikutip melalui https://www.liputan6.com sedikitnya ada enam kasus Cyberbullying yang terkenal dan terjadinya bunuh diri. 

Misalnya saja seperti kisah Megan Taylor Meier Perempuan yang tinggal di  Missouri, Amerika Serikat, mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri atau gantung diri, beberapa minggu sebelum hari ulang tahunnya. Setelah diselidiki, polisi menemukan bukti bahwa Megan stres setelah mengalami cyberbullying lewat social media oleh temannya.

Hal ini seharusnya menjadi perhatian kita dalam bersikap, apalagi berkomentar dan memposting sebuah status di media sosial. Pastikan tidak akan menjatuhkan mental orang lain. Jika dalam kehidupan, mulut adalah harimaumu. Maka dalam bermedia sosial, jari bisa menjadi petaka dan bencana. 

Menurut student.cnnindonesia.com ada beberapa faktor yang menyebabkan Cyberbullying, di antaranya : Perasaan kesal, ikut-ikutan, karakter bawaan atau terpancing dengan hoax.

Seriusnya kasus ini, kita harus menyikapinya dengan serius, jangan sampai kita menjadi salah satu pelaku Cyberbullying itu sendiri. Stop berkomentar yang tidak jelas, membuat postingan yang menyakitkan perasaan orang lain atau saling mengolok-olok di kolom komentar yang ramai dibanjiri kata-kata kasar. 

Singkirkan hal tidak penting itu, manfaatkan jari-jemari kita untuk hal yang positif. Bisa dengan menulis? Menjadi Digital Literasi? Menjadi Blogger? Pembisnis Online? Youtubers yang mengcreat konten positif? Semua lebih bermanfaat daripada komentar tidak jelas.

Sumber google.com

Tulisan sederhana ini sengaja ditulis untuk mengikuti kompetisi dari @siberkreasi salah satu rangkaian Literasi Digital menuju Netizen Fair 2018. Bantu aku menjadi perwakilan kota Medan untuk bisa mengikuti kegiatan dari @keminfo. 


Sumber Instagram @siberkreasi



           

Tidak ada komentar:

@itsvennyy