Raihanita Madira |
Anak Medan - Menurutku,
hidup adalah perjalanan. Perjalanan dalam berusaha, gagal, bangkit, dan sukses menjadi
rangkaian peristiwa yang membuatku merasa hidup. Namun perjalanan selalu memiliki
tujuan pemberhentian, yaitu surga.
Begitulah Raihanita Madira Brillianti Ainul
Mardiah Simartha Ardhana memandang kehidupan. Gadis kelahiran Palembang, 11 Februari 2001, anak pertama tiga bersaudara dari pasangan Ningsih Jumiani dan Tata
Padang Simartha, saat ini telah menyelesaikan pendidikannya di SMA Al Azhar
Medan, jurusan IPA.
Gadis
yang gemar menulis telah menuangkan ide-ide menggelitiknya dalam sebuah situs
media online seperti ask.fm.
“Aku
sejak zaman SMP suka nulis di ask.fm, bisa di search ask.fm namanya Raihanita Madira dan akunnya udah terverified alias ada centang birunya.
Nah, kalau sekarang aku udah kurang aktif di ask.fm, soalnya jarang banget yang
menggunakannya.
Jadi, sekarang lagi suka nulis berbentuk sajak dalam bahasa
indonesia dan inggris yang suka aku kirimkan ke official akun di Line,” tutrur
Nita saat menceritakan kegemaran menulisnya.
Selain
menulis, ia juga mengimbanginya dengan membaca. Saat ini, ia mulai tertarik
mempelajari bahasa isyarat. Nita memuaskan kemauan belajar bahasa isyaratnya secara
otodidak, mulai dari menonton video bahasa isyarat di internet.
“Aku saat ini belum kuliah jadi untuk mengisi
waktu luang, terkadang aku nyanyi dengan gerakan bahasa isyarat. Kemarin, saat
kegiatan Rembuk Remaja, aku sempat menampilkan sebuah lagu dan bahasa isyarat, memotivasi
teman-teman yang lain agar mereka bisa lebih peka dan peduli kepada
teman-teman yang memiliki keterbatasan pendengaran di Indonesia ,” ujar Nita
ketika menjelaskan kegemarannya saat ini.
Mengawali
proses pencapaian prestasi sejak belia. Nita, berangkat dari penghargaannya
saat duduk di bangku sekolah dasar, ia sempat menjadi juara ketiga dalam
perlombaan Gaming.
Nita mengaku,
sejak dulu ia sempat tertarik pada dunia gaming
edukasi, permainan yang ia gemari adalah Bobby Bola, sebuah game yang mengedukasi menurutnya. Prestasi
yang diraihnya terus berlanjut, saat kelas lima sekolah dasar, ia juga sempat
menjadi Top 50 Jagoan Cerdas Indonesia di Medan, audisi bakat yang diadakan oleh
sebuah televisi swasta MNCTV bersama Clevo dan Koran Anak Berani.
Tidak hanya
itu, akademik yang dicapainya saat sekolah dasar cukup gemilang, ia menjadi
lulusan dengan nilai UN terbaik kala itu.
Prestasi
yang diraihnya tak terhenti sampai di bangku sekolah dasar, ia terus mencapai
bermacam penghargaan, seperti Top 10 TOEFL
Test yang diadakan oleh Primagama, menjadi perwakilan sekolah mengikuti
lomba pidato bahasa inggris atau English
Speech Contest yang meraih peringkat Top 20 se-kota Medan.
Bersama timnya,
ia juga meraih juara ketiga dalam lomba recycle yang diadakan oleh Pertamina. Paling
berkesan menurutnya, ketika ia meraih
juara Runner Up I Indonesia Youth Icon 2017 versi YBJI saat kelas tiga SMA.
Setelah menyelesaikan pendidikan, ia juga dipercaya menjadi perwakilan komunitas,
mengikuti kegiatan Rembuk Remaja Indonesia, chapter Indonesia Bagian Barat yang
diadakan di Tangkahan.
Raihanita saat mengikuti ajang Indonesia Youth Icon 2017 |
Peran
serta orang tua membentuk Nita menjadi gadis yang penuh prestasi. Menurutnya,
orang tua merupakan sosok penyemangatnya dalam hidup.
“Terutama
ibuku. Banyak kata - kata motivasi yang aku tulis berasal dari nasihat ibu.
Dari ayahku, aku belajar untuk menjadi sosok yang tegas dan punya prinsip. Aku
belajar berusaha lebih keras dan memiliki keyakinan untuk berhasil saat diterpa
cobaan.
Aku belajar untuk berusaha memberikan sesuatu secara 'perfect', belajar mengerjakan sesuatu
secara rinci dan teliti dari ayah. Sedangkan Ibu, membentukku menjadi orang
yang kuat dan tegar.
Aku menjadi sosok yang sabar dan ikhlas apabila mengalami
kegagalan atau kesedihan. Belajar bahwa meninggalkan sesuatu yang kelihatan
rusak bukanlah hal yang terbaik untuk dilakukan,”
Orang tua sangat membantunya
dalam menelusuri jalan kehidupan, karena itu Nita selalu melakukan yang terbaik
agar tak mengecewakan.
Namun, di balik semua prestasi yang
telah dicapai. Perjalanan hidup Nita tidak selalu mudah dan mulus, kerap kali ia
mengalami jatuh bangun dalam langkah kemenangan.
“Wah,
aku sangat banyak mengalami jatuh bangun dalam kehidupan. Namun yang paling
melekat padaku adalah sewaktu SMP, aku sempat berada dalam lingkungan yang
tidak baik.
Lingkungan itu membentukku menjadi seseorang yang kasar, tidak
patuh kepada orangtua, sering mengeluarkan kata - kata kotor yang tidak pantas,
bahkan bolos sekolah.
Lalu suatu kejadian, membuatku tersadar bahwa hal seperti
itu tidak baik. Kejadian saat aku jatuh sakit, pada bulan Desember 2014. Aku diopname karena sakit typhoid aatu biasa
kita kenal penyakit tifus,”
Gadis kelahiran Palembang ini tampak menyesali
kesalahannya ketika terpengaruh pada pegaulan yang salah.
Masih
banyak mimpi yang harus dicapai, harapan dan keinginan dalam hidup
memotivasinya selalu berusaha sebaik mungkin,
“Impian jangka pendek, saat ini
aku sedang berencana membangun bisnis sendiri dari awal. Selain itu, aku juga
lagi berusha menggerakkan organisasi supaya lebih aktif.
Mohon doanya juga,
sekarang Aku juga lagi coba apply ikut
program jurnalistik atau kepenulisan. Dan, untuk jangka panjangnya, aku ingin
menerbitkan sebuah buku, membuat rekaman dan lagu sendiri. Terus, berharapnya
bisa pergi ke luar negri karena prestasi,” jelas gadis yang penuh mimpi dan
harapan.
Setiap remaja dapat mengukirkan
prestasi, melakukan hal positif dan bermanfaat bagi orang lain. Keadaan remaja
yang sangat krisis moral, membuat Nita perihatin. Ia menutup kisahnya dengan
menyampaikan secuil pesan kepada remaja-remaja berbakat di luaran sana agar tidak
terpengaruh terhadap pergaulan.
“Jadilah remaja berkepribadian 3A. Abhipraya, Abhinaya dan Abhitah. Punya
harapan, semangat dan pemberani. Jangan hanya diam dan memperhatikan kesuksesan
orang lain.
Bergeraklah, maju! ciptakan kesuksesan dengan caramu sendiri.
Bahagiakanlah orang-orang di sekitarmu, banggakan negrimu. Buatlah mereka semua
bangga. Jadikan keberadaanmu berarti bagi semua orang. Jangan lelah untuk
menebarkan senyum dan kebaikan,” tutur Nita saat mengakhiri obrolan singkatnya
bersama Gadis Kecil.
Oh iya, btw si Nita ini teman sebarak atau sekamar Gacil waktu mengikuti ajang Indonesia Youth Icon 2017 loh. Bedanya kami, si Nita mendapat Runer Up, Gacil hanya sebagai finalis.
#CeritaGadisKecil