ceritagadiskecil.com : Lifestyle Travel Blogger Medan: Opini
Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan

Minggu, 23 Desember 2018

Lifestyle Blogger Medan - Sebuah Cerita di Rumah Sederhana
19.41 6 Comments


By Ceritagadiskecil

Lifestyle Blogger Medan - Di sebuah rumah yang sederhana tinggalah sebuah keluarga yang di dalamnya ada Cinta, Kekayaan, Kecantikkan, dan Kesedihan. Mereka memiliki sifat yang berbeda-beda. Hingga suatu ketika, rumah sederhana itu terbakar. 
 
Cinta terjerat dalam situasi yang sulit. Sang jago merah semakin membara menghanguskan rumah secara perlahan. Masing-masing dari mereka menyelamatkan diri. Pertama kali yang melewati cinta saat  terjerat kayu berapi adalah Kekayaan.. Cinta meminta tolong pada Kekayaan untuk membantu dirinya keluar dari perangkap itu. 

Namun, Kekayaan menolak. Ia berkata
“Maaf Cinta aku tak biasa. Tangan dan tubuhku telah penuh. Aku harus menyelamatkan harta-harta ini terlebih dahulu.”

Cinta bersedih, Lalu sang istri Cinta, si Kecantikkan melewatinya. Cinta tersenyum, Ia yakin Kecantikan akan membantunya.
“Istriku, bantu aku…” ucap Cinta.
Kecantikkan menjawab “Maaf suamiku, Aku tak bisa. Jika aku menolongmu kecantikkanku menghilang,” Cinta semakin bersedih hati,.
     
Api mulai merayap ke tubuhnya. Lewatlah sang Kesedihan, Cinta berharap banyak dengan Kesedihan. Ia berkali-kali memanggil sang Kesedihan tetapi Kesedihan enggan menoleh tampaknya sang Kesedihan tak sadar sangking sedihnya.
        
Cinta sangat putus asa ia berpasrah diri, matanya terpejam pasrah saat api mulai merayap ke tubuhnya. Namun, seseorang datang mengangkat tubuh yang menua itu dari si jago merah. Cinta membuka mata ia sangat terkejut, dirinya telah terselamatkan.
     
 “Kesetiaan? kau yang menyelamatkan aku nak? Bukankah kau telah menjauh dari kehidupanku dan pergi meninggalkan rumah ini?” Ujar Cinta tak percaya.
     
 “Aku bukan pergi dan menjauh ayah. Tapi aku selalu berada di samping ayah walau jarak memisahkan.” Ujar Kesetiaan dan memeluk Cinta.

Teman-teman, apa yang bisa kamu ambil dari Cerita di Sebuah Rumah Sederhana ini?

#Ceritagadiskecil
Reading Time:

Minggu, 02 Desember 2018

Lifestyle Blogger Medan - Belajar dari Rasa Sakit
01.22 17 Comments
Dokumen by ceritagadiskecil.com

Lifestyle Blogger Medan - Gacil
 masih ingat persis bagaiman lelaki itu sepontannya mengeluarkan kata-kata menyakitkan. Entahlah, tak bisa dibayangkan lagi seperti apa keadaan hati saat itu. “Aku gak tau lihat si Gacil ini. Antara polos atau bego,” ucapnya membuat tawa mendadak terhenti. Sumpah, Gacil tak bisa katakan bagaimana perasaan itu. Walaupun lelaki itu bukan orang pertama kali yang menyelipkan luka-luka dalam, di hati Gacil. Terserah, jika di paragraph ini kamu menganggap Gacil lebay atau baperan. Tapi, tolong sejijik apapun kamu baca paragraph ini, hibur Gacil dengan menyelesaikan bacaanmu pada tulisan ini.

                Lanjut, Gacil hanya terdiam saat menerima kalimat dari lelaki, yang seharusnya dapat memproduksi kata-kata lebih etis daripada kata-kata yang hanya berdampak pada luka hati seseorang.  Saat kejadian itu, Gacil masih duduk di bangku SMK. Masih berpikiran seperti layaknya anak-anak yang begitu marah dan terkadang suka meratapi cemoohan orang lain. Tidak bisa dipungkiri, setelah lelaki itu mengatakan hal itu, Gacil terus kepikiran, Apa iya? Orang-orang melihat dan menilaiku sebagai orang bodoh? Apa seburuk itukah aku? Tak bisa Gacil pungkiri, sempat terteskan butiran bening untuk hal yang saat ini Gacil sadari itu tak berguna.

                Tidak hanya sampai di situ, perlakuan orang sekeliling Gacil yang menimbulkan rasa sakit terus saja ada. Lucu dan mirisnya, ketika Gacil hendak pergi untuk mengunjungi tempat Praktek Kerja Lapangan dari sekolah. Saat itu hanya ada tiga teman lelaki yang membawa kereta, dan dua orang guru dengan satu kereta. Gacil akui, Gacil tak bisa mengendarai kereta. Pada saat itu, guru Gacil meminta salah satu dari ketiga teman Gacil yang membawa kereta, untuk membonceng Gacil. Namun, tau gak? Hal menyakitkan yang harus Gacil dapatkan saat itu. Tak ada salah satu pun dari mereka yang mau memboceng Gacil, padahal mereka tidak membonceng siapa-siapa. Ketiganya mengeluarkan banyak alasan. Ban kereta yang kempeslah, baut yang kendor lah, ini dan itulah. Hingga Guru Gacil menggelengkan kepala, mereka nyerah. Akhirnya Gacil bonceng bertiga dengan guru Gacil.

                Hingga saat ini, Gacil terus bertanya-tanya. Kenapa? Apa sehina itukah Gacil? Seburuk rupa itukah? Sampai-sampai mereka berlaku seperti itu? Mengingat dan menuliskannya lagi dalam deretan paragraph ini, membuat mata Gacil kembali berkaca-kaca. Gacil tau, di Antara kamu akan terucap kalau Gacil sungguh lebay. Gacil tak perduli, meski Gacil paham masih banyak orang di luar sana, merasakan sakit yang lebih parah dari Gacil.

                Dalam tulisan ini, Gacil mau bilang, dari rasa sakit, Gacil belajar artinya Bangkit, dari rasa sakit, Gacil paham artinya menghargai. Dari rasa sakit juga, Gacil mampu memproduksi kalimat-kalimat positif. Teman-teman Gacil yang mungkin saat ini ada di posisi dan merasakan sakit. Ayo bangkit, Gacil yakin kamu lebih hebat dari mereka yang sudah menyakitkanmu. Ayo tuangkan amarahmu dalam kalimat positif, biarkan dan buatlah mereka yang pernah menancapkan luka di hatimu, terpekik melihat kehebatanmu yang mampu berkarya dan bangkit.

                Teman-teman, perjalanan delapan belas yang telah Gacil lalui, Gacil sangat bersyukur karena Allah memberikan banyak rasa sakit. Karena rasa sakit, Gacil mampu menulis dua buku yang Insya Allah akan menjadi tiga buku. Karena rasa sakit, Gacil lebih berhati-hati dalam berucap dan bersikap, Gacil tak mau karena lisan atau tingkah ini. Orang mengingat Gacil karena pernah menyakiti. Diam, Bangkit dan Buktikanlah. Merasakan rasa sakit bukanlah hal yang buruk. Jadikan itu anugrah-Nya, anggap rasa sakit itu, bahan bakarmu untuk berjuang menuju apa yang kamu mau. Terimakasih rasa sakit.

#Ceritagadiskecil

Reading Time:

Kamis, 15 November 2018

Influencer Blogger Medan - Hati-Hati dengan Jarimu
03.280 Comments
Dokumen by ceritagadisekecil.com

Influencer Blogger Medan - Aku masih belum paham apa yang terjadi. Bahkan saat aku memutuskan untuk menutup seluruh aktivitas dunia maya.

 “Sudahlah nak, gak perlu sedih seperti ini. Hal itu semua gak ada gunanya,” mama dengan mudah mengatakan hal itu. Padahal semua ini terjadi karenanya. Dia yang menghadirkan kebencian itu untukku.

 “Mama mudah banget bilang gitu. Mama apa gak malu? Ini semua karena mama,” Kulempar guling yang tengah kupeluk ke sembarang arah, beranjak dari ranjang menatap keramaian kota dari kamarku yang berada di lantai tiga. Mama diam, terduduk di pinggir ranjangku.

Kupandang awan-awan dari balik tirai jendela yang menutup jika malam hari. Matahari pagi, cahayanya menembus ke retina mata, memerintahkan pikiran untuk bangun dari duka yang terus menghujam. Sesekali aku menghela napas, sesak. Ini lebih menyesakan daripada sesaknya kehidupan Jakarta.

“Tiara,” mama memanggilku dengan suara lemah. Aku belum punya keberanian menoleh ke arahnya. Pasti. Bulir air matanya sudah tumpah karena kalimat kasarku tadi. Astaga, maaf ma. Aku hanya kesal. Kenapa Tuhan menghukumku karena kesalahan mama, kesalahan yang tak kuketahui dengan persis.

“Cukup nak, cukup kamu hukum mama dengan tindakkan kamu kemarin. Semua ini salah mama, tapi apa yang bisa mama lakukan? Mama bingung,” semakin kalimat perempuan itu terucap panjang. Dadaku semakin sesak, pikiran kembali memutar memori beberapa waktu yang lalu.

Sebuah pisau hampir mengiris tuntas pergelangan tanganku. Siapa yang sekejam itu? Mereka. Mereka memaksaku untuk mengakhiri segalanya. Aku sudah pasrah saat itu. Gak kuat dengan hujaman kebencian yang terus-terus mereka berikan. Aku tak pernah ingin dipertemukan atau diperlakukan sekejam itu dengan mereka. Namu, Tuhan mengtakdirkan kebencian dalam hidupku.

Lalu buat apa aku hidup? Buat dihujam dengan kata-kata kasar dan cacian menyakitkan di seluruh akun sosial mediaku? Semua itu terjadi hanya karena mama. Mama dulu seorang bintang yang merusak sendiri sinarnya, karena sebuah cinta terlarang. Terus, apakah itu juga salahku?

Jika Tuhan memberikanku kesempatan untuk memilih, maka aku tak akan mau menjadi anaknya. Sayangnya, hidup bukan pilihan, hidup sebuah kewajiban. Namun, saat kuputuskan mengambil pisau dapur untuk mengakhir semuanya. Aku benar-benar jatuh, aku bisa gila jika setiap membuka media sosial, hanya kata-kata kasar dari mereka yang kutemukan.

Sejak itu, mama memaksa untuk menutup seluruh kegiatan dunia mayaku. Aku merasa bukan remaja sepenuhnya, sepi tanpa komunikasi.

****

 Nah, teman-teman. Melalui cerita singkat di atas. Gacil ingin memberikan gambaran betapa bahayanya jari-jari kita. Jika kita tak pernah mengedukasinya. Lihatlah Tiara, mungkin ia hanya satu dari jutaan korban, yang melenyapkan kehidupannya karena jari-jari yang tak pernah diedukasi. 

Ia remaja yang tumbuh dan butuh sosialisasi, mungkin salah satunya dengan dunia maya. Namun, itu tak ia dapatkan hanya karena egoisnya jari-jari kita, tanpa berdosa menulis kata-kata kasar di postingan si dia atau si ini. Padahal, kita tidak tau bagaimana kejadian yang sebenarnya.

Sumber google.com

Meskipun ia bersalah dan pantas dihujat. Selayaknya kita, memandang dari sudut kemanusian merasakan dari hati nurani. Walau sekedar kata-kata dampaknya luar biasa, bisa jadi merenggut satu jiwa. Tidak percaya? 

Langsung aja kita simak beberapa kasus-kasus Cyberbullying atau kejahatan di media sosial yang menewaskan puluhan jiwa, terkhususnya di kalangan remaja. Dikutip melalui https://www.liputan6.com sedikitnya ada enam kasus Cyberbullying yang terkenal dan terjadinya bunuh diri. 

Misalnya saja seperti kisah Megan Taylor Meier Perempuan yang tinggal di  Missouri, Amerika Serikat, mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri atau gantung diri, beberapa minggu sebelum hari ulang tahunnya. Setelah diselidiki, polisi menemukan bukti bahwa Megan stres setelah mengalami cyberbullying lewat social media oleh temannya.

Hal ini seharusnya menjadi perhatian kita dalam bersikap, apalagi berkomentar dan memposting sebuah status di media sosial. Pastikan tidak akan menjatuhkan mental orang lain. Jika dalam kehidupan, mulut adalah harimaumu. Maka dalam bermedia sosial, jari bisa menjadi petaka dan bencana. 

Menurut student.cnnindonesia.com ada beberapa faktor yang menyebabkan Cyberbullying, di antaranya : Perasaan kesal, ikut-ikutan, karakter bawaan atau terpancing dengan hoax.

Seriusnya kasus ini, kita harus menyikapinya dengan serius, jangan sampai kita menjadi salah satu pelaku Cyberbullying itu sendiri. Stop berkomentar yang tidak jelas, membuat postingan yang menyakitkan perasaan orang lain atau saling mengolok-olok di kolom komentar yang ramai dibanjiri kata-kata kasar. 

Singkirkan hal tidak penting itu, manfaatkan jari-jemari kita untuk hal yang positif. Bisa dengan menulis? Menjadi Digital Literasi? Menjadi Blogger? Pembisnis Online? Youtubers yang mengcreat konten positif? Semua lebih bermanfaat daripada komentar tidak jelas.

Sumber google.com

Tulisan sederhana ini sengaja ditulis untuk mengikuti kompetisi dari @siberkreasi salah satu rangkaian Literasi Digital menuju Netizen Fair 2018. Bantu aku menjadi perwakilan kota Medan untuk bisa mengikuti kegiatan dari @keminfo. 


Sumber Instagram @siberkreasi



           

Reading Time:

@itsvennyy